Minggu, 09 Desember 2012

LAPORAKN KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL) DI HUTAN CANGAR MALANG


LAPORAN KKL
KEANEKARAGAMAN JAMUR, LICHEN, DAN LUMUT
 DI HUTAN CANGAR, BATU

Dosen Pengampu :
Drs.Sulisetjono, M.Si
Ainun Nikmati Laily, M.Si

Disusun oleh kelompok 6 :
1.      Afif Chonita Purwanti                        (11620005)
2.      Nailus Sa’adah                        (11620013)
3.      Choirul Fuadati                       (11620021)
4.      Furqon Al-Muzakki                (11620030)
5.      Khoirotul Muaddibah             (11620074)


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hutan R Suryo Cangar Merupakan Hutan yang terletak di kawasan wisata Pemandian air panas Cangar Kota Batu Malang. Hitan ini masih cukup terawatt meskipun sudah benyak terjamah oleh tangan manusia. Namun, hutan ini masih mempunyai cukup kekayaan alam yang melimpah khususnya biodiversitas tumbuhan rendah, seperti lumut, jamur dan liken.
Kelimpahan ketiga sepesies tersebut dikarenakan keaslian hutan tersebutdan masih banyaknya dedaunan yang berserakan di lantai gutan sebagai habitat dari jamur. Selain itu kandungan polusi di hutan ini masih sangat minim, karena itu liken masih hidup dengan baik.
1.1  Tujuan
Adapun tujuan diadakannya Kuliah Kerja Lapangan ini diantaranya yaitu:
1.      Mengetahui jenis-jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar.
2.      Mengetahui klasifikasi dari jenis-jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar.
3.      Mengetahui ciri–ciri dari jenis Jamur, Lumut, Lichenes yang terdapat di Cangar.
1.2  Manfaat
1.      Dapat mengetahui kerugian dan manfaat dari Jamur, Lumut, Lichenes.
2.      Mengetahui klasifikasi Jamur, Lumut, Lichenes.
3.      Menambah pengetahuan tentang dunia Jamur, Lumut, Lichenes.



BAB II
METODOLOGI
2.1    Waktu dan Tempat
2.1.1        Kuliah Kerja Lapangan (KKL) mengenai pengamatan Jamur, Lichenes dan Lumut dilaksanakan pada hari minggu tanggal 2 Desember 2012 , yang bertempat di Cangar Malang.
2.2    Alat dan Bahan
2.2.1        Alat-alat
Alat-alat yang di gunakan pada KKL ini adalah :
1.      Buku literature                                                            1 buah
2.      Plastik ukuran sedang                                                 1 buah
3.      Amplop ukuran sedang                                               1 buah
4.      Kamera                                                                        1 buah
2.2.2        Bahan-bahan
Bahan-bahan yang di gunakan dalam KKL ini adalah:
1.      Aqua mineral 2 galon
2.3    Cara Kerja
Langkah-langkah kerja pada saat Kegiatan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) sebagai berikut:
1.    Di cari species dari Jamur, Lichenes, dan Lumut dengan cara mencarinya di sekitar daerah yang di amati misal pohon, batu, dan tanah 
2.    Di ambil spesies yang telah di temukan 
3.    Di dokumentasikan species yang telah di temukan dengan cara di foto
4.    Di masukkan species yang di peroleh ke dalam wadah plastic atau amplop
5.    Di kumpulkan semua species yang diperoleh pada setiap kelompok
6.    Di identifikasi semua species yang telah di temukan (termasuk dalam kelas apa)
7.    Di bahas species yang telah teridentifikasi dalam pembuatan laporan
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Fungi
Jamur dalam beberapa pustaka masih dimasukkan dalam dunia tumbuhan, yakni Thallophyta, akan tetapi tidak mempunyai klorofil, sehingga untuk hidupnya memerlukan sumber bahan organik. Dinding selnya kebanyakan mengandung zat khitin, yang terdiri dari rangkayan molekul  N-acetylglocosamina. Perkembangan belakangan ini seperti yang telah di kemukakan oleh Alexopoulos dan mims (1979) di beri kerajaan sendiri dan di pisahkan dengan tumbuhan dengan nama Myceteae. (Sastrahidayat, 2010)
Cangar, di tempat ini masih terdapat hutan hujan tropis, meskipun ekosistemnya sudah mulai terganggu dengan aktifitas manusia, namun hutan di tempat ini masih menyimpan keanekaragaman jenis jamur yang cukup bevariasi. Keadaan demikian di tunjang oleh adanya lantai hutan yang basah dengan dedaunan yang berserakan dan terdapat beberapa kayu-kayuan yang lapuk yang menjadi habitat dari jamur. Menurut (Campbell, et al., 2012) Fungi adalah komponen biosfer yang sangat sangat besar dan penting. Keanekaragamanrnya menakjubkan: sementara sekitar 100.000 spesies telah di identivikasi, diperkirakan bahwa sebenarnya terdapat tak kurang dari 1,5 juta sepesies fungi. Beberapa fungi khusus bersel tunggal, namun sebagian besar memiliki tubuh multiseluler yang kompleks, yang pada banyak kasus mencakup struktur yang kita kenal sebagai cendawan.  Keanekaragaman ini membuat fungi mampu mengolonisasi hamper semua habitat terrestrial yang terbayangkan; sporanya yang terbawa angina bahkan telah ditemukan 160 KM di bawah tanah.
Pada hutan cangar ini fungi di temukan di lantai hutan dan di kayu tanaman yang telah lapuk. Menurut (Campbell, et al., 2012) fungi tidak hanya beraneka ragam dan tersebar luas, namun juga penting bagi kemakmuran sebagian besar ekosistem terrestrial. Mereka memecah materi organik dan mendaur ulang nutrient, memungkinkan organisme lain untuk mengasimilasi unsur-unsur kimia yang esensial. Manusia memperoleh keuntungan dari jasa fungi pada pertanian dan kehutanan seperti peran pentingnya dalam membuat berbagai produk mulai dari roti hingga antibiotik. Namun benar pula adanya bahwa beberapa fungi menyebabkan penyakit pada tumbuhan dan hewan.
Tidak hanya di lantai hutan, kamipun menemukan fungi yang terdapat pada akar pohon, dikenal juga dengan sebutan fungi mikoriza. Menurut (Campbell, et al., 2012) beberapa fungi memiliki hifa terspesialisasi yang memungkinkan mereka menyerap makanan pada tubuh hewan hbidup. Spesies-spesies fungi yang lain memiliki hifa terspesialisasi yang di sebut Haustoria, yang digunakan oleh fungi untuk mengekstraksi nutrient dari atau bertukar nurien dengan inangnya. Hubungan yang saling menguntungkan antara fungi dan akar tumbuhan disebut mikoriza (Mycorhyzae)  istilah yang berarti akar.
Fungi mikoriza dapat meningkatkan pengantaran ion fosfat dan mineral-minertal yang lain ke tumbuhan, karena jejaring miselium fungi yang sangat luas lebih efesien dari akar tumbuhan dalam memperoleh mineral dari tanah. Sebagai gantinya, tumbuhan menyuplai fungi dengan nutrient-nutrien organic seperti karbohidrat. Ada bebrapa tipe fungi mikoriza. Fungi ektomikaryza (ectomycaryzal fungi) memebentuk selubung hifa diatas permukaan akar dan juga tumbuh kedalam ruang ekstraseluler pada korteks akar. Fungi mikoriza arbuskular  menunjukkan hifanya yang bercabang-cabang memiliki dinding sel akar dan kedalam tabung yang terbentuk melalui invaginasi (pendorongan ke dalam) membrane sel akar. (Campbell, et al., 2012)
Cendawan atau jamur tidak memiliki kromofora, oleh sebab itu umumnya tidak berwarna, tetapi ada jamur yang tinggi tingkatannya terdapat macam-macam zat warna, terutama dalam badan buahnya. Zat warna itu umumnya terdiri atas senyawa aromatic yang tidak mengandung senyawa N. Talus hanya pada yang paling sederhana saja yang telanjang, umumnya sel-sel mempunyai membrane yang terdiri atas kitin dan bukan selulosa. (Tjitrosoepomo, 2009)
Fungi yang hidup di darat dapat menghasilkan spora yang terbentuk di bawah sel-sel khusus (askus), jadi merupakan endospore, ada yang di luar basidium, di sebut aksospora. Disamping itu jamur dapat membiak aseksual dengan konidium. (Tjitrosoepomo, 2009)
Kebanyakan ahli mikologi sekarang mengakui lima filum fungi, walaupun kitrid mungkin merupakan kelompok parafiletik, kelima filum itu yaitu: (Campbell, et al., 2012)
a.       Kitrid (1.000 spesies)
Pada kitrid seperti Chytridium, tubuh buah globularmambentuk hifa bercabang yang multiseluler; spesies-spesies yang lain bersel tunggal. Kitrid diduga merupakan salah satu kelompok fungi yang paling awal yang berdiverensiasi dari fungi-fungi yang lain.
      Chytridium
b.      Zigomicetes (1.000 spesies)
Hifa beberapa zigomicetes, termasuk kapang pada genus Mucor (LM) ini, tumbuh cepat kedalam makanan seperti buah dan roti. Dengan demikian, fungi mungkin berperan sebagai decomposer (jika di makanan tidak hudup) atau parasit; spesies yang lain hidup sebagai simbion netral (komensal).
              Mucor
c.       Glomeromisetes (160 spesies)
         Hifa Glomeromisetes
Glomeromisetes (fungi mikoriza abuskular) memiliki nilai ekologis yang tinggi. Banyak tumbuhan membentuk asosiasi mikoriza dengan fungi-fungi lain. LM ini menunjukkan hifa glomeromisetes didalam akar tumbuhan.
d.      Askomisetes (65.000 spesies)
Disebut juga dengan fungi kantong, anggota dari kelompok yang beranekaragam ini umum di temukan di banyak habitat laut, perairan tawar, dan darat. Askokarpus (tubuh buah) yang berbentuk mangkok dari askomisetes (Aularia aurantia) adalah sumber nama dari sepesies ini; fungi kulit jeruk.
            Auleria aurantia

e.       Basidiomisetes (30.000 psesies)
Seringkali penting sebagai dekomposer dan fungi ektomikoriza, basidiomicetes atau fungi gada, tidak umum karena memiliki miselium dikeryotik yang hidup lama. Tubuh buah-umum disebut cendawan – dari Fly agaric (Amantia muscaria) yang merupakan cendawan has hutan conifer belahan Bumi Utara. (Campbell, et al., 2012)
Amantia muscaria
Pernanan Fungi dalam Kehidupan
a.       Fungi Sebagai Dekomposer
Fungi teradaptasi sebagai decomposer yang baik material organic, termasuk selulosa dan lignin dari dinding sel tumbuhan. Hamper semua substrat yang mengandung karbon bahkan bahan bakar zet dan cat rumah-dapat di konsumsi oleh beberapa jenis fungi. Selain itu, fungi dan bakteri terutama bertanggung jawab untuk mejaga ekosistem agar tetap memiliki persediaan nutrient anorganik yang esensial bagi pertumbuhan tumbuhan. (Campbell, et al., 2012)
b.      Fungi Sebagai Mutualis
Fungi dapat membentuk hubungan mutualistic dengan tumbuhan, Alga, sianobakteri dan hewan. Semua hubungan ini memiliki efek ekologis yang besar. (Campbell, et al., 2012)
c.       Mutualisme Fungi Tumbuhan
Selain dari fungi mikoriza, simbiotik antara fungi dan tumbuhan yaitu endofit (endhophyte) simbiotik, fungi yang hidup di dalam daun atau bagian tumbuhan yang lain tanpa menyebabkan kerugian. Para saintis telah menunjukkan bahwa endofit menguntungkan rumput-rumputan tertentu dan tumbuhan tak berkayuyang lain dengan membuat toksin yang mengusir herbivore atau meningakatkan  toleransi tumbuhan inang terhadap panas, kekerinagn atau logam berat. (Campbell, et al., 2012)
d.      Simbiosis Fungi-Hewan
Beberapa fungi berjasa dalam membantu pencernaan hewan, dengan menguraikan material tumbuhan di dalam saluran pencernaan sapi dan mamalia pemamah baik lainnnya. Banyak sepesies semut mengambil keuntungan dari daya disgestif fungi dengan mengembangbiakkannya di dalam pertanian. Semut pemotong daun misalnya menelusuri hutan tropis untuk mencari dedaunan, yang tidak adapt di cerna sendiri namun dedaunan itu di bawa pulang ke sarangnya dan di berikan ke fungi sebagai pakannya. ketika fungi tumbuh, hifanya mengembangkan ujung-ujung mengembung yang terspesialisasi yang kaya akan protein dan karbohidrat. Semut memakan ujung-ujung hifa yang kaya akan nutrient ini. Akibatnya, fungi menguraikan daun tumbuhan menjadi zat-zat yang dapat di cerna oleh serangga, dan mereka juga mendetoksifikasi senyawa pertahanan tumbuhan yang dapat membunuh atau membahayakan semut. (Campbell, et al., 2012)

Selain menguntungkan, sekitar 30% dari 100.000 spesies fungi yang telah di ketahui hidup sebagai parasite atau pathogen, terutama pada tumbuhan. Misalnya Cryphonectria parasitia, fungi askomisetes yang menyebabkan hawar chestnut. Beberapa fungi yang menyerang tanaman pangan juga bersifat toksik bagi manusia, misalnya beberapa spesies tertentu dari kapang askomisetes, Aspergillus mengkontaminasi padi-padian dan kacang-kacangan yang tidak disimpan dengan baik. (Campbell, et al., 2012)
Beberapa spesies fungi yang di temukan di hutan taman wisata Cangar Kota Batu Malang yaitu:
3.1.1.      Hericium eranecius
3.1.1.1.Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


(Yunas,2010)
Keterangan:
a.       Bagian-bagian: tubuh buah
b.      Warna: putih
c.       Bentuk: menjuntai panjang, seperti duri landak atau surai singa
3.1.2.      Klasifikasi
Kingdom: Fungi
Divisio: Basidiomycota
Classis: Agaricomycetes
Ordo: Russulales
Family: Hericiaceae
Genus: Hericium
Species: Hericium eranecius
3.1.3.      Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ketika penelitian di cangar ditemukan species jamur dengan ciri-ciri: warna tubuhnya putih, berbentuk silindris panjang dan tampak bergerombol, sehingga terlihat seperti duri landak, jamur ini menempel pada batang pohon yang cukup besar yang ada di hutan Cangar. Kemudian, diketahui nama species jamur tersebut adalah: Hericium eranecius.
Kata Latin erinaceus berarti landak. Nama ini diberikan karena tubuh buah jamur tampak mirip duri-duri landak. Spesies ini bersifat saprofit, tumbuh pada kayu lapuk dan batang pohon yang sesuai dengan habitatnya. Penduduk lokal memberikan beragam nama bagi jamur ini, antara lain jamur kepala monyet, jamur jenggot atau putih kotor(Gunawan.2005).
Tubuh buah berwarna putih atau putih kotor. Morfologinya seperti duri landak, jenggot, atau untaian benang terjuntai. Jamur yang tumbuh di batang pohon lapuk ini dapat mencapai berat beberapa kilogram dengan panjang duri atau pedelia hingga 15 cm dan diameter tubuh buah 20 cm. Jamur ini mengeluarkan spora dari lapisan luarnya(Birsyam,1992).
Secara teori, spesies Hericium ini  mudah untuk diidentifikasi: jamur ini merupakan spesies Amerika Utara yang hanya membentuk rumpun tunggal duri menjuntai, bukan tergantung duri dari sebuah struktur bercabang. Fitur tambahan termasuk mengidentifikasi fakta bahwa itu biasanya muncul pada luka hidup atau kayu keras yang sangat baru-baru dipotong, dan fakta bahwa duri yang sebagian besar lebih dari 1 cm(Birsyam,1992).
Jamur ini terlihat seperti mie atau jenggot. Ini adalah jamur merang dalam kelompok jamur gigi. Di alam liar, jamur ini biasa tumbuh selama akhir musim panas dan jatuh pada kayu keras yang mati, terutama jenis American Beech(Miller,2010).
Reproduksi pada kelas Basidiomycetes yaitu dapat secara seksual (generative) dan secara aseksual (vegetative). Secara aseksual dengan menghasilkan spora yang akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Sedangkan secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi (Tjitrosoepomo,2009).
Jamur landak tumbuh di Amerika, Eropa, dan Asia. Di Cina dan Jepang, spesies ini telah banyak dibudidayakan. Selain dapat dijadikan bahan makanan, jamur ini juga dimanfaatkan sebagai bahan obat tradisional, misalnya untuk obat antikanker, penyembuh saraf, antitumor, antimikrona, dan anticacing. Ketika dimasak, rasa dari jamur ini tidak jauh berbeda dengan rasa udang lobster (Miller,2010).
Surai singa mengandung sejumlah antioksidan dan data awal menunjukkan bahwa hal itu dapat menurunkan tingkat glukosa darah dan karenanya menjadi beberapa nilai untuk penderita diabetes. Sekarang untuk bagian yang menarik: Hericium erinaceus juga mengandung senyawa yang dikenal sebagai hericenones dan erinacines, yang keduanya diduga untuk merangsang saraf faktor pertumbuhan (NGF). NGF adalah protein disekresikan yang memainkan peran dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan daya tahan sel-sel saraf target tertentu. Hal ini juga berfungsi sebagai molekul sinyal. NGF telah dibuktikan dalam mengurangi degenerasi saraf. Hal ini juga telah terbukti dapat meningkatkan regenerasi syaraf pada hewan pengerat. Ini gemuruh nootropics bisa membenarkan namanya (Miller, 2010).
Mengonsumsi jamur ini dapat meningkatkan tingkat otak neuron dan meningkatkan neuron percabangan dan dengan demikian kecerdasan basal dan memori(Hendritomo.2005).
ü  Telah terbukti untuk mengobati dan memperbaiki gejala penyakit neurodegenerative
ü  Menurunkan kadar glukosa darah dan meningkatkan sensitivitas insulin
ü  Dapat meningkatkan kepadatan glial menyebabkan oksigenasi meningkat.

3.1.2.      Laetiporus sulphureus
3.1.2.1.Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


(Yunas,2010)
Keterangan:
a.       Bagian-bagian: tudung
b.      Warna: orange-kekuningan
c.       Bentuk: seperti jamur kayu
3.1.3.      Klasifikasi
Kingdom: Fungi
Divisio: Basidiomycota
Classis: Agaricomycetes
Ordo: Polyporales
Family: Polyporaceae
Genus: Laetiporus
Species: Laetiporus sulphureus
(Aslan,1998).
3.1.4.      Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan ketika penelitian di cangar ditemukan species jamur dengan ciri-ciri: tubuh didominasi oleh warna orange-kekuningan yang bergaris-garis putih, bentuknya hampir mirip dengan jamur kayu, tubuhnya berlekuk-lekuk, dan tekstur tubuhnya kaku. Jamur ini menempel pada batang pohon yang berada di hutan Cangar.
Jamur ini juga dikenal dengan ayam hutan. Species ini sangat mudah dikenali. Tumbuh dengan membentuk cluster yang tumpang tindih atau mawar besar. Mawar bisa lebih besar dari dua puluh empat inci accross dan berat lebih dari dua puluh pound. saat ditemui dalam bentuk cluster pada sisi pohon, rak individu easly bisa menimbang lebih dari satu pon masing-masing. ukuran suatu warna yang sangat terang dari spesies ini membuatnya mudah untuk melihat dari jarak yang sangat jauh. banyak yang menganggap itu menjadi pilihan yang rasanya agak dimakan seperti ayam (Hendritomo,2005).
Tudung berukuran 2-20 inci dan dari seperdelapan inci terdapat satu inci yang tebal. warna Laetiporus sulphureus adalah dari oranye terang atau oranye-kekuningan dengan margin kuning cerah. Laetiporus sulphureus dapat memiliki zona keputihan pada tudungnya. Laetiporus sulphureus biasanya tumpang tindih, berbentuk kipas, topi datar yang tumbuh secara individu atau dalam tandan terpasang atau mawar pada kayu. Batang  Laetiporus sulphureus biasanya pendek atau luas melekat pada kayu. (Suhono, 2012)
Tabung dari Laetiporus sulphureus satu hingga empat milimeter atau lebih panjang. Pori-pori Laetiporus sulphureus berada di bawahnya sulphur, berbentuk angular, dan berwarna kuning cerah. (Suhono, 2012)
Laetiporus sulphureus kemungkinan besar ditemukan dari bulan Agustus sampai Oktober, tetapi kadang-kadang ditemukan pada awal Juni. Mereka sangat terlihat dari jarak jauh, karena ukuran dan warnanya yang sangat terang. Tumbuh pada berbagai jenis pohon mati atau dewasa dengan kayu keras, seperti Oak, cherry, atau beech. Jamur ini tumbuh sangat cepat. biasanya ketika Anda menemukan satu speciemen, akan ada lebih banyak. segera setelah Anda menghapus spesimen yang lebih muda, mungkin memiliki sejumlah besar, hampir seperti jus berair yang menuangkan keluar kran-dari spesimen dan inangnya. (Suhono, 2012)
Tubuh buah tahunan dan tumbuh secara tumpang tindih. Ketika muda, yakni sekitar bulan Juli sampai Oktober, warnanya oranye-kuning. Kemudian, mereka menjadi keputihan yang runtuh seperti keju. Pada bagian atas tubuh buah dapat dimakan dan muncul sebuah batang pada ketinggian satu sampai beberapa meter. Laetiporus sulphureus termasuk dalam kelompok spesies jamur yang membentuk spora mereka selama musim hangat. Pembentukan spora terbesar terjadi pada saat suhu rendah dan kelembaban relatif meningkat, yakni pada malam hari atau senja.
Konidia terkait membuahkan Sporotrichum versipora (Lloyd) stalpers dengan lembut merah-kuning umbi. kemudian, ini benar-benar runtuh ke dustconsisting bubuk coklat pada akumulasi besar chlamidospores.
Reproduksi pada kelas Basidiomycetes yaitu dapat secara seksual (generative) dan secara aseksual (vegetative). Secara aseksual dengan menghasilkan spora yang akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Sedangkan secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi (Tjitrosoepomo,2009).
Laetiporus sulphurea dapat menyebabkan halusinasi. Dalam beberapa kasus, jamur ini juga dapat menyebabkan perasaan cemas , mual, muntah, pusing dan disorientasi - bahkan ketika dimasak. Berisi senyawa kimia L. Phenolethylamin sulphureus, tiramin, N-methyltyramin dan Hordenin. Di Jepang wird L. sulphureus disebut dengan Ainu di Hokkaido dan Karush-kamui (dewa jamur). 
3.1.3.  Crepidotus autochthonus
3.1.3.1.  Gambar Crepidotus autochthonus
Gambar pengamatan
Gambar literature

       
                   (Chan,2012)
Keterangan :
a.       Bagian-bagian             =  1. Tudung
b.      Warna                          =  putih-krem
c.       Bentuk                         =  seperti kerang atau kuping
3.1.3.2. Klasifikasi
       Kingdom  : Fungi
              Divisio  : Basidiomycota
                    Classis  : Agaricomycetes
                          Sub Classis  :Agaricomycetidae
                                Ordo  : Agaricales
                                      Familia : Inocybaceae
                                            Genus  : Crepidotus
                                                   Spesies  : Crepidotus autochthonus                (Chan,2012)
3.1.3 Pembahasan
             Hasil pengamatan yang telah dilakukan , dapat diketahui bahwa jamur ini mempunyai tudung berwarna putih krem, berbentuk seperti kerang atau kuping. Dari hasil pengamatan praktikan, jamur ini tidak mempunyai batang yang terlihat akan tetapi menempel langsug pada batang kayu yang melapuk. Dari identifikasi ciri-ciri tersebut dapat diketahui bahwa spesies jamur ini merupakan jamur makro dari divisi Basidiomycota dengan nama spesies Crepidotus autochthonus.
            Berdasarkan literatur dari Pelczar (2008) menjelaskan bahwa marga ini beranggotaan spesies jamur yang memiliki tubuh buah berukuran kecil,berbentuk seperti kerang sampai ginjal,berwarna putih atau krem, dan tidak memiliki batang atau tangkai. Jenis-jenis Crepidotus memiliki spora yang cetakannya berwarna putih-krem, kuning-cokelat, merah muda-cokelat, dan cokelat tembakau.
            Crepidotus autochthonus atau disebut juga jamur supa kuping kelabu, memiliki tubuh buah yang pleurotid, tidak bertangkai, dengan daging buah yang umumnya sangat tipis. Cetakan spora berwarna cokelat suram. Supa kuping kelabu hidup sebagai jamur saprofit. Jenis jamur ini tumbuh pada kayu atau batang tumbuhan yang telah lapuk dan membusuk.
            Menurut Gunawan (2000), menjelaskan bahwa jamur ini tumbuh pada kayu. Semua jenis Crepidotus memiliki peran sebagai pengurai tumbuhan di alam. Jenis-jenisnya memiliki penyebaran cosmopolitan di daerah beriklim sedang bagian utara dan wilayah Amerika Selatan.
            Reproduksi pada kelas Basidiomycetes yaitu dapat secara seksual (generative) dan secara aseksual (vegetative). Secara aseksual dengan menghasilkan spora yang akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Sedangkan secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi (Tjitrosoepomo,2009).
3.1.4.  Mycena sp.
3.1.4.1.  Gambar Mycena sp.
pengamatan
Literature
   (Chan,2012)

Keterangan :
d.      Bagian-bagian             =  1. Tudung
     2. Tangkai/ stipe
e.       Warna                          =  Tudung  : putih – krem
    Tangkai  : putih
f.       Bentuk                         =  seperti topi
3.1.4.2.  Klasifikasi
       Kingdom  : Fungi
              Divisio  : Basidiomycota
                    Classis  : Agaricomycetes
                           Ordo  : Agaricales
                                  Familia : Tricolomataceae
                                                                 Genus  : Mycena
                                                                        Spesies  : Mycena sp.              (Chan,2012)
                       
3.1.4.3.  Pembahasan
            Jamur pada dasarnya tergolong ke dalam tumbuhan thallus, artinya tumbuhan itu masih belum dapat dibedakan antara bagian batang, daun maupun akarnya. Jamur tidak memiliki klorofil seperti halnya daun-daun pada tumbuhan sejati. Sehingga warna jamur umumnya putih atau cokelat. Seperti halnya jamur Mycena yang berwarna putih.
            Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa jamur ini mempunyai bagian tudung berwarna putih-krem dan tangkainya berwarna putih.Berbentuk seperti topi.Jamur ini tumbuh di lantai hutan Cangar.Dari hasil identifikasi tersebut dapat diketahui bahwa jamur ini merupakan jamur makro dari divisi Basidiomycota dengan spesies Mycena sp.
            Mycena termasuk jamur mini, tubuh buahnya tidak lebih panjang dari 5 cm. Tudungberbentuk kerucut saat mudanya kemudian cembung sampai mendatar saat tuanya,berwarna coklat muda. Diameter tudung 1-2 cm. Tangkai berwarna putih,berukuran panjang3-5 cm, berwarna lebih cerah dari warna tudung. Jamur ini memendar ketika terkena cahaya.
            Menurut Gunawan (2000), Mycena adalah jenis jamur saprofit yang hidup dari zat-zat organic yang sudah mati. Mycena banyak hidup di lantai hutan pegunungan yang dingin dan lembab, di mana terdapat sangat sedikit manusia. Jamur ini tidak menyukai cahaya, ia hidup pada suhu dingin sekitar 15°C, bahkan kurang. Tumbuhnya menempel bergerumbul di kayu-kayu yang lapuk, dimana Mycena menggunakan serat kayu lapuk sebagai sumber makanannya.
Tubuh jamur umumnya merupakan benang-benang yang bercabang-cabang yang disebut hifa. Tetapi ada juga yang berbentuk bulat atau batang pendek. Pada jamur Mycena, tubuh mempunyai hifa yang bersekat dengan bentuk tudung berupa payung. Jamur berkembang biak dengan menggunakan spora. Sporofit merupakan fase dari hidup jamur Mycena yang menghasilkan spora. Sebelum jamur menghasilkan spora, sejatinya jamur tersebut terlebih dahulu membentuk badan penghasil spora yang disebut basidium. Spora yang jatuh ditempat lembab dan mengandung zat organic akan tumbuh menjadi benang-benang hifa (Tjitrosoepomo, 2009).
            Jamur ini bisa dimakan, tetapi terlalu mini dan kenampakan gillnya yang akan menghitam seperti tinta ketika sudah lama dicabut dari substrat sedikit akan mengurangi kenyamanan untuk dikonsumsi.Mycena tumbuh dalam cluster padat, di tanah humus atau sersah-sersah, tumbuh di akhir musim basah (April-Mei). Bisa dijumpai di Senaru dan Pesugulan (Riyanto, 2012).
3.1.5.      Xylaria hypoxylon
3.1.5.1.Gambar Hasil Pengamatan
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur
1
2

1
2


(Yunas, 2010)

Keterangan:
1. Kayu
2. Talus Xylaria hypoxylon
3. Warna putih kehitaman
3.1.5.2.Klasifikasi
Klasifikasi Xylaria hypoxylon menurut Smith (1995) adalah:
Kingdom: Fungi
Divisio Ascomycota
Classis Sordariomycetes
Ordo Xylariales
Familia Xylariaceae
Genus Xylaria
Species Xylaria hypoxylon
3.1.6.      Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, di ketahui bahwa spesies ini bernama Xylaria hypoxylon. Setelah di identifikasi, Xylaria hypoxylon termasuk dalam kingdom fungi dan termasuk divisi Ascomycota. Xylaria hypoxylon mempunyai bagian-bagian di antaranya talus yang berbentuk silindris panjang dan pada ujungnya berbentuk tanduk. Warna dari species jamur ini berwarna putih kehitaman. Pada saat pengamatan, Xylaria hypoxylon banyak di temukan berkerumun pada batang kayu tumbuh-tumbuhan. Xylaria hypoxylon mempunyai buah badan yang berbentuk silinder, biasanya jarang bercabang, dan sering membentuk menyerupai sebuah tanduk. Spesimen ini banyak ditemukan di awal musim semi, dapat dilindungi sepenuhnya dalam spora aseksual (konidia), yang menampakkan diri berwarna putih keabu-abuan. Kemudian di akhir musim semi, askokrap matang berwarna hitam dan mempunyai benjolan-benjolan yang disebut perithecia di permukaan. Hal ini merupakan struktur dari bantalan bulat spora dengan lubung-lubang kecil untuk tempat pelepasan spora seksual. Perithecia tertanam dalam daging askokrap, stroma yang tangguh,elastis dan berwarna putih. Pada askokrap berbentuk ginjal, bwrwarna hitam, dan halus (Aslan,1998:75).
Tubuh buah dari spesies jamur Xylaria hypoxylon ini biasanya memiliki cabang hitam ramping dengan tanduk seperti tips putih. Saat ditemui di musim semi, seluruh askokrap berwarna putih keabu-abuan seperti tepung sebagai akibat dari pembentukan spora aseksual. Kemudian di akhir musim semi, askokrap matang berwarna kehitaman dan terdapat gundukan kecil sebagai tempat reproduksi seksual dengan memproduksi spora yang disebut perithecia. Perithecia yang tertanam pada daging askokarp berwarna putih tadi disebut dengan stroma (Campbell,1999:58).
Xylaria hypoxylon merupakan jamur yang dapat hidup pada daerah hutan hujan tropis. Jamur Xylaria hypoxylon hidup berkerumun pada batang kayu atau dekat batang kayu yang membusuk. Jamur ini sekilas nampak seperti bagian dari batang kayu karena warna pada tubuh buahnya berwarna kehitaman menyerupai warna batang kayu tersebut (Campbell,1999:60).
Siklus hidup dari Xylaria hypoxylon sedikit rumit. Spora, asci, dan perithecia terjadi ketika jamur sudah matang yang kemudian bereproduksi sacara seksual. Pada tahap dewasa, Xylaria hypoxylon menghasilkan spora aseksual dengan menghasilkan konidia dalam lapisan tepung, peristiwa ini terjadi ketika akhir musim semi tiba (Hidayat,1995:179).
Berbagai senyawa bioaktif telah teridentifikasi dalam jamur Xylaria hypoxylon ini. Senyawa A dan B pada jamur Xylaria hypoxylon memiliki moderat sitotoksik aktivitas melawan hepatoseluler karsinoma sel garis manusia. Beberapa cytochalasins, senyawa yang mengikat aktin dalam jaringan otot juga telah ditemukan dalam jamur Xylaria hypoxylon ini. Xylaria hypoxylon juga mengandung karbohidrat protein binding, suatu lektin, dengan spesifisitas gula yang unik, dan memiliki potensial efek anti tumor dalam berbagai tumor baris sel (Hidayat,1995:180).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada species jamur yaitu Xylaria hypoxylon, apabila di bandingkan dengan beberapa literature yang sudah di kemukakan di atas terdapat kesesuaian atau persamaan mengenai bentuk dari Xylaria hypoxylon Bentuk tubuh buahnya berbentuk silinder tidak bercabang dan pada ujung tubuhnya berbentuk menyerupai tanduk. Xylaria hypoxylon ini memiliki warna putih kehitam-hitaman dan banyak di temukan berkerumun pada batang kayu tumbuhan. Atau pada batang kayu yang telah membusuk.



3.2.      LIKEN
Belum jauh kami melangkah memasuki hutan di kawasan wiasta cangar, kami langsung menemukan liken yang menempel di pohon. Menurut (Campbell, et al., 2012) liken adalah asosiasi simbiotik antara mikroorganisme fotosintetik dan fungi dengan jutaan sel fotosintetik yang disatukan oleh masa hifa fungi. Menurut (Tjitrosoepomo, 2009) organisme ini sebenarnya kumpulan antara fungi dan alga, tetapi sedemikian rupa hingga dari segi morfologi dan fisiologi merupakan satu kesatuan.
Menurut (Sastrahidayat, 2010) liken merupakan jamur yang bersimbiosis dengan alga, dengan jumlah sepesies lebih dari 16.000 spesies yang telah diketahui. Mereka menduduki niche ekologi dan telah merupakan kelompok yang terpisah. Liken biasanya mempunyai patner jamur Ascomycetes atau basidiolichenes.
Menurut (Suhono, 2012) liken (latin=lumut pohon) merupakan organisme simbiosis yang terdiri atas benang-benang fungi (hifa) dan alga hijau atau alga hujau-biru mikroskopis yang hidup bersama sdan berfungsi sebagai satu indifidu. Tubuh liken disebut talus dan tidak menyerupai komponen alga maupun fungi.  Liken tumbuh dengan cepat pada bebatuan, tanah, pohon, atau setruktur artifisial apapun. Mereka dapat hidup di kondisi ekstrim seperti di Afrika, Amerika, bahkan padang pasir. Organisme ini berperan penting sebagai vegetasi [erintis di beberapa habitat, karena kemampuannya melakukan infasi pertama pada batu atau tanah yang baru terkena sinar matahari.
Pada hutan taman wisata cangar, liken dapat di temukan menempel di batu dan pohon. Bentuk liken yang di temukan berfariasi, ada yang menempel pada batang pohon secara merata, ada yang membentuk seperti lembaran dan ada yang berbentuk seperti benang-benang yang menjulur pada dahan.
Terdapat sekitar 13.500 sepesies liken di permukaan bumi, yang sebagian besar dipelajari di belahan bumi empat musim. Untuk emmudahnak dalam mempelajarinya, liken di kelompokkan berdasarkan bentuk hidupnya. Ada tiga kelompok, yaitu crustose, foliose, dan fruticose. Namun, ketiga bentuk ini tidak dapat dijadikan dasar taksonomi liken, karena liken yang tergolong satu suku atau bahkan satu marga dapat berbentuk crustose, foliose, dan fruticose. Banyak ahli liken menambahkan satu ebntuk algi yaitu squamulose. System pengklasifikasian liken masuk dalam system klasifikasi fungi. (Suhono, 2012)
Liken diketahui memiliki beberapa manfaat. Organisme ini menmghasilkan metabolit sekunder yang ebrperan penting dalam membedakan jenisnya. Penggunaan langsing dari senyawa sekunder ini dapat dilihat pada produk obat-obatan, bahan pencelup, dan komponen parfum. Dialam, senyawa ini berperaperan sebagai pertahanan diri liken sebagai herbifora, juga membantu ememcahkan substrat batu. Liken mengandung jenis sianobakteri sebagai fotobion yang menyediakan nitrogen terfiksasi untuk lingkingan. Liken merupakan penyedia makanan untuk kehidupan satwa liar seperti rusa, musang, elk, tupai tikus dan klelawar, juga perlindungan bagi beberapa jenis ngengat. Beebrapa jenis burung menggunakan liken fructose untuk sarangnya. Di Jepang liken di rebus dalam sup, dimakan mentah-mentah, dibuat salad, maupun di konsumsi sebagai kudapan. (Suhono, 2012)
Liken adalah organisme yang sensitive terhadap kerusakan lingkungan sehingga berpotensi digunakan sebagai bioindikator atau biomonitor dari kesetabilan suatu ekosistem. (Suhono, 2012)



Liken yang di temukan di hutan taman wisata Cangar yaitu:
3.2.1.      Liken Sisik (Cladonia squamosal)
Pengamatan
Literature

Klasifikasi
Kingdom             Fungi
          Filum                   Ascomycota
               Kelas                   Lecanoromycetes
                     Bangsa               Lecanorales
                               Suku                   Cladoniaceae
                                          Marga               Cladonia
                                                     Jenis                  Cladonia squamosal (scop.) Hoffm

Jeis ini merupakan liken dengan podetia yang sanagt jelas, dengan apotechia berupa cawan kecil berwarna cokelat. Nama squamosa  berarti sisik. Faktanya, pedetia liken ini di penuhi bagian talus yang mirip sisik. Oleh karena itu di sebut sebagai liken sisik. (Suhono, 2012)
Pada hutan taman wisata cangar, liken ini di temukan menempeldi batang pohon yang desar. Sepintas jenis liken ini sulit di bedakan dengan limut daun, kerena liken ini di temukan berkelompok dengan lumut daun. Menurut (Suhono, 2012) liken ini umumnya terdapat di daerah pegunungan yang bebas polusi. Jenis ini tumbuh pada tanaman yang kaya humus dan mineral, juga pada bebatuan dengan humus yang menutupinya, serta pada batang kayu lapuk yang mengandung sumber mineral. Terbentuk simbiosis yang sangat erat antara liken dengan alga dan bakteri hijau-biru. Hal ini sesuai dengan letak hutan taman wisata Cangar yang terletak di daerah pegunungan kota Batu Malang.

Liken sisik memiliki podetia berwarna putih kehijauan atau putih kehijau biruan. Warna ini adalah berasal dari warna simbionnya yang berupa alga dan bakteri hiaju-biru. Pedotia atau tiang-tiang apotecianya terkadang bercabang. Pada ujung pedotia muncul apotachia berwarna coklat denganbentuk cawan kecil. Selain itu, apotechia dapat tumbuh pada percabangan kecil. Apotechia berisi askospora dan askospora berisi spora. Askospora yang telah matang akan melepaskan spora-spora liken ke uadara. (Suhono, 2012)
Liken ini tumbuh dalam koloni, tetapi terkadang juga di temukan hidup dengan beberapa podetia. Bila sepora jatuih di tempat yang sesuai, dan bertemu dengan simbionnya, maka tumbuh individu baru. Cara ini dikenal juga dengan sebutan perkembangan vegetativ. (Suhono, 2012)






3.2.2.      Liken Kerut (parmelia caperata)
Pengamatan
Litertur


Klasifikasi
Kingdom                 Fungi
Filum   Ascomycota
Kelas   Lecanoromycetes
Bangsa              lecanorales
Suku    parmaliaceae
Marga parmelia
Jenis    parmelia caperata
Kata Latin caperata berarti berkerut. Ini merupakan speses liken berbentuk daun atau foliose. Simbion berupa alga coklat sehingga warna tubuh buah menjadi cokelat. Terkadang alga hijau juga merupakan simbionnya. (Suhono, 2012)
Jenis ini banyak di Indonesia, tumbuh pada batang tanaman dan kayu lapuk dan di batuan. Tubuh buah mengkerut dengan tepian putih. Kerutan tubuh buah berbentuk mirip mangkuk. (Suhono, 2012)
Liken ini tumbuh dalam koloni pada batang tumbuhan yang telah lapuk. Daerah dengan kelembapan tinggi amat disukainya, terutama ditepian sungai. Liken kerut berkembang biak dengan 2 cara, seksual dan aseksual. Apothesia muncul pada tubuh buah dengan bentuk mangkuk berisi askus. Askus berisi spora dengan bentuk lonjong. Peekembangbiakan aseksual atau vegetatif dilakukan dengan pemisahan bagian tubuh yang kemudian tumbuh menjadi individu baru. (Suhono, 2012)
Dilihat dari marganya, Parmelia merupakan marga liken yang terbesar dengan penyebaran luas. Jenis-jenisnya memiliki talus berbentuk foliose atau lobatus. Terdapat korteks atas dan bawah dan menempel pada substrat dengan rhizine. Fotobion Parmelia adalah ganggang hijau golongan Trebouxioid. Sepora tunggal, tidak berwarna, bentuk elips dan berjumlah 2-9 per askus. Identifikasi morfologi Parmelia hingga sepesies cukup sulit dilakukan, oleh karena itu perlu identifikasi secara kimiawi. (Suhono, 2012)
Di berbagai Negara bumi belahan utara, beberapa jenis Parmelia adalah sumber bahan pencelup yang sangat penting. Diperkirakan di seluruh dunia ada sekitar 2.011 spesies. Beberapa spesies Parmelia merupakan makanan bagi ngengat. (Suhono, 2012)




3.2.4.      Liken bajak (Parmelia sulcata)
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur


 
1.
2
 


  
2
1

 



(Yunas, 2010)

Keterangan:
1.      Kayu
2.      Talus Parmelia sulcata
3.      Warna abu-abu kepucatan
3.2.4.1.Klasifikasi Parmelia sulcata  menurut Smith (1995) adalah:
Klasifikasi
Kingdom     fungi
Filum     ascomycota
Kelas   lecanoromycetes
Bangsa   lecanorales
Suku     parmaliaceae
Marga                parmelia
Jenis    parmelia sulcata
(Suhono, 2012)
3.2.3.2.Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, di ketahui bahwa spesies ini bernama Parmelia sulcata. Setelah di identifikasi, Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi dan termasuk dalam jenis lichenes (lumut kerak) yaitu foliose karena memiliki struktur seperti daun. Parmelia sulcata  mempunyai bagian-bagian di antaranya talus yang berbentuk seperti lembaran daun yang banyak berlekuk dan berwarna abu-abu kepucatan. Pada saat pengamatan, Parmelia sulcata banyak di temukan menempel pada batang kayu tumbuh-tumbuhan.
Parmelia sulcata termasuk dalam kingdom fungi. Genus Parmelia sulcata an termasuk famili Parmeliaceae. Ini adalah jenis lumut yang sangat umum, luas yang dapat ditemukan di cabang dan ranting. Hal ini jarang ditemukan di daerah kering dan berbatu. Berbeda dengan lumut itu cukup toleran dengan polusi. Parmelia sulcata yang dapat bervariasi dari abu-abu pucat ke warna abu-abu kehijauan dengan tambalan terdiri dari datar, tumpang tindih cabang dan lobus. Tambalan biasanya ukuran 2-7 cm tetapi sering bisa lebih kecil pada ranting. Talus foliose yang biru untuk warna abu-abu dan menjadi perunggu ketika tuan semi-hampir mati (Kimball, 1999:98).
Parmelia sulcata adalah foliose lumut dengan lobus sempit antara 1-3 mm. Talus lumut ini memiliki garis putih pada permukaan atas talus yang berwarna abu-abu. Pori-pori kulit putih banyak pada permukaan atas yang berkembang menjadi sorediate isidia. Soredia ditemukan  di retakan pada tepi permukaan atas dan pada permukaan tepi dekat dengan rhizines squarrose berwarna hitam sampai coklat. Karakteristik Parmelia sulcata yaitu pada tiap lobus ditutupi oleh jaringan garis putih (pseudocyphelles) (Birsyam, 1992: 57).
Umumnya Parmelia sulcata banyak di temukan pada kulit dan pohon konifera gugur dan kadang-kadang pada batuan dan lumut di hutan terbuka pada semua ketinggian. Parmelia sulcata juga dapat tumbuh di bebatuan sepanjang danau. Pada bagian lain dari jangkauan, tumbuh di utara menghadap tebing di dekat danau atau terpapar di pegunungan (Birsyam, 1992: 58).
Lumut kerak (Parmelia sulcata) ini masuk dalam kelas Ascolichenes Karen merupakan simbiosis antara jamur Ascomycota dan chlorophyta. Mikobinya adalah Ascomycetes dan fikobinya adalah Chlorophyta, sel-sel alga yang terbungkus oleh hifa, terdapat pada permukaan talus lichenes, terdapat butir-butir putih di atas permukaan talus. Butir-butir tersebut merupakan aksospora sebagai alat reproduksi secara seksual. Sedangkan untuk reproduksi aseksualnya terdapat soredia, dimana soredia ini mudah terbawa air atau udara sehingga ketika soredia tersebut terbawa air atau udara dan menemukan tempat yang cocok maka akan tumbuh individu baru. Pembelahan aseksualnya terjadi pada medulla melalui soredium. Soredium dan askus ini terdapat di atas misselium (Iqbal,2008:69).
Parmelia sulcata adalah salah satu spesies epifit yang paling umum di belahan utara. Telah di gunakan oleh utara Eropa dan Kanada Inuit untuk memproduksi coklat kekuningan untuk pewarna coklat berkarat. Jenis burung Kolibri Rufous menggunakan lichenes ini untuk menyamarkan sarang mereka. Parmelia sulcata digunakan untuk pewarna wol di Amerika Utara (Kimball, 1999:100).
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada species lumut kerak yaitu Parmelia sulcata, apabila di bandingkan dengan beberapa literature yang sudah di kemukakan di atas terdapat kesesuaian atau persamaan mengenai bentuk dari Parmelia sulcata. Bentuk talusnya menyerupai lembaran daun, oleh karena itu spesies lumut kerak ini termasuk jenis foliose.  Parmelia sulcata ini memiliki warna abu-abu kepucatan atau abu-abu kehijauan dan banyak di temukan menempel pada pohon dan bebatuan.
Kata Latin sulcata berarti pembajak atau pembelah, terkait dengan bentuknya mirip alat bajak. Ini merupakan spesies liken yang sering di temukan karena tersebar luas di daerah subtropis dan di daerah pegunungan. (Suhono, 2012)
Spesies ini amat peka terhadap polusi udara sehingga umumnya tumbuh di daerah yang bebas polusi, seperti di daerah pegunungan. Jenis ini tidak akan tumbuh baik jika terjadi polusi udara. Keberadaan spesies liken yang tumbuh subur menjadi indikator bahwa daerah itu bebas polusi. (Suhono, 2012)
Lien bajak memiliki bentuk tubuh buah  seperti lembaran daun atau foliosa. Lembaran tubuh buah bercabang dan lebar sehingga mirip alat bajak dengan warna kelabu atau kelabu agak kehijauan. Apothesia terdapat diujung tubuh buah. (Suhono, 2012)
Liken bajak merupakan liken epifit yang hidup pada batang tumbuhan di daerah pegunungan. (Suhono, 2012)
3.2.5.      Liken jenggot (Usnea barbata)
Pengamatan
Literature

Klasifikasi
Kingdom         fungi
Filum               ascomycota
Kelas               lecanoromycetes
Bangsa            lecanorales
Suku                parmaliaceae
Marga                         usnea
Jenis                Usnea barbata
(Suhono, 2012)
Kata latin barbata berarti jenggot. Tubuh buah jamur ascomycetes ini berbentuk mirip jenggot, karenannya disbut liken jenggot. Penduduk lokal kerap mengenalnya sebagai kayu angin. faktanya, bukan kayu melainkan jamur. Sebenarnya jamur ini tumbuh secara koloni dengan tubuh buah berbentuk fruktikosa yang berubah batang bercabang dengan warna hijau tua atau hijau muda. Warna hijau ini berasal dari alga hijau yang menjadi simbionnya. Ketika alga hijau tumbuh kurang subur, warna tubuh buah liken ini menjadi agak kelabu. (Suhono, 2012)
            Di Indonesia, liken jenggt banyak tumbuh didaerah pegunungan pada ketinggian diatas 1000 m. Umunya jamur ini tumbuh pada batang tanaman, hidup secara epifit. (Suhono, 2012)
Perkembangbiakan dapat dilakukan secara seksual dan aseksual. Secara seksual dengan apothesia yang tumbuh pada ujung tubuh buah. Di dalam apothesia terdapat askupora yang berisi spora. Perkembangbiakan secar aseksual dilakukan dengan potongan atau pemutusan bagian tubuh buah yang terpisah. Tubuh buah ini kemudian tumbuh menjadi individu baru dan mengeluarkan banyak tubuh buah berupa batang-batang-batang kecil bercabang. (Suhono, 2012)
Secara tradisional, jenis liken ini di mnfaatkan sebagai bahan obat, antara lain untuk mengobati diare, disentri dan pegel linu. Liken ini juga digunakan sebagi anti biotik dan anti jamur pada luka dan pembekakan, serta mengatasi infeksi paru-paru dan TBC. (Suhono, 2012)
Liken jenggot juga dapat di manfaatkan untuk mengobati ikan yang terserang jamur di akuarium, yaitu dengan merendam liken ini di dalamnya. Pada liken jenggot terdapat asam usnik (C18H16O7) dalam konsentrasi tinggi, juga vitamin C. Dari liken ini telah dibuat dengan nama Lipokinetix, digunakan untuk meningkat metabolisme dan menjaga kesetabilan tubuh. (Suhono, 2012)

3.3.      LUMUT
Bebarapa jenis lumut yang di temukan di Hutan r Suryo Cangar yaitu:
3.1    Marchantia sp.
3.1.1        Gambar
Gambar Pengamatan
Gambar Literatur



()

3.1.2        Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisio: Bryophyta
Classis: Hepaticopsida
Ordo: Marchantiales
Family: Marchantiaceae
Genus: Marchantia
Species: Marchantia sp.


3.1.3        Pembahasan
Berdasarkan pengamatan Marchantia yang berhabitatkan di hutan cangar, spesies ini lebih besar dari pada habitat di pekarangan rumah, Marchantia sp mempuyai bagian-bagian diantaranya kupula, lobus, takik, thallus, rusuk dan alat untuk menempel yang disebut dengan rhizopus.
Marchantia sp. merupakan salah satu contoh spesies dari kelas Hepaticeae, Beranggotakan sekitar 65 species, dapat ditemukan di segenap penjara dunia (kosmopolitan), Habitatnya adalah di tempat-tempat yang lembab, dingin dan teduh. Tumbuh di tebing-tebing sungai, dinding sumur rawa dan batu-batuan yang basah. Jika tumbuh subur Marchantia akan terlihat bagaikan “Karpet Hijau” yang terhampar di permukaan tanah.
Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan thallus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantia polymorpha. Thallus ini seperti pita , kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang, menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah thallus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain itu pada sisi bawah thallus terdapat rhizoid-rhizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai penebalan ke dalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
Permukaan atas thallus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh air, jika dilihat dari atas, Thallus kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak di dalam thallus terdapat suatu ruang udara, dan di tengah petak terdapat suatu liang udara yang menghubungkan ruang udara tadi dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggi dari permukaan thallus untuk mencegah masuknya air. Dinding liang itu sendiri terdiri atas empat cincin, masing-masing cincin terdiri atas empat sel. Pada marga tertentu sel-sel cincin yang letaknya paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan menutup. Pada dasar ruang udara terdapat sel-sel yang mengandung kloroplas dan merupakan jaringan asimilasi. Sel-sel lainnya , bahkan sel-sel epidermis pun mempunyai klorofil, tetapi tidak seberapa. Bagi dunia tumbuhan hal itu merupakan perkecualian, karena biasanya gametofit tidak mempunyai aparat asimilasi yang demikian sempurnanya.
Sisa jaringan thallus berupa sel-sel tidak mengandung klorofil atau sangat miskin akan klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan, sebagian mengandung minyak. Pada sisi bawah parenkim, tempat penimbunan zat-zat cadangan makanan tersebut tertutup oleh selapis sel-sel. Pada sisi atas rususk tengah, umunya terdapat badan-badan seperti piala dan tepi yang bergigi, yang merupakan piala eram atau keranjang eram, dengan di dalamnya sejumlah kuncup-kuncup eram. Badan-badan tersebut berguna sebagai alat pembiakan vegetatif bagi gametofit.
Gametangium Marchantiales di dukung oleh suatu cabang thallus yang tumbuh tegak. Bagian bawah cabang thallus ini tergulung, merupakan suatu tangkai. Di dalam gulungan itu terdapat suatu saluran dengan benang-benang rhizoid. Bagian atas cabang tadi berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu, hingga akhirnya membentuk suatu badan seperti bintang. Tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi Marchantiales berumah dua, Pendukung anteredium dinamakan anterediofor, pendukung arkegonium disebut arkegoniofor.
Pendukung gametangium betina menyerupai suatu tangkai dengan suatu cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat ruang-ruang berbentuk botol yang bermuara pada permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil. Ruang-ruang itu berisi anteredium dan satu sama lain terpisah oleh jaringa yang mengandung ruang-ruang udara.



Anteredium pada lumut hati ini terjadi sebagai berikut: Salah satu selpada permukaan membelah menjadi beberapa segmen dengan p[erantaraan sekat-sekat melintang. Masing-masing segmen membelah lagi menjadi empat sel oleh sekat-sekat yang lurus pada sekat-sekat yang dibuat pertama-tema, sel-sel yang letaknya di pinggir kemudian menjadi dinding an teredium, yang letaknya di bagian dalam merupakan sel-sel spermatogen yang kemudian menghasilkan spermatozoid. Jika anteredium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi lendir dan mengembang, hingga spermatozoid-spermatozoid dapat keluar dan terkumpul dalam suatu tetes air hujan yang terdapat di atas cakram pendukung gametangium tadi.
Pendukung gametangium jantan berakhir pada sutu badan berbentuk bintang. Kaki-kaki bintang itu biasanya berjumlah 9, tepinya melipat ke bawah, sehingga sisi atas bagian yang mendukung arkegonium itu menghadap ke bawah pula. Akibatnya arkegonium seakan-akan terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang tadi. Letak arkegonium pada pendukungnya berderetan menurut arah jari-jari.
Tiap baris diselubungi oleh selaput yang bergigi yang dinamakan periketium. Pada pembentukan arkegonium suatu sel pada permukaan membelah menjadi dua. Sel yang bawah akan menjadi tangkai dan yang atas membelah lagi melintang, membentuk sel tutup dan sel dalam. Ketiga sel yang di pinggir itulah nyang selanjutnya membelah-belah menjadi dinding perut dan arkegonium. Dari sel dalam akhirnya terbentuk sel telur, saluran perut, dan sel-sel saluran leher.
Pembuahan berlangsung dalam cuaca hujan. Oleh percikan air hujan cairan yang mengandung spermatozoid terlempar dari anterediofor ke arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung arkegonium mempunyai papila dan membentuk suatu sistem kapilar pada permukaan alat tersebut, yang memudahkan tergelincirnya spermatozoid masuk ke dalam arkegonium. Spermatozoid itu bereaksi kemotaksis terhadap zat putih telur.
Setelah selesai pembuahan, ziqot berkembang menjadi embrio yang terdiri atas banyak sel, dan akhirnya merupakan suatu sporogonium bertangkai pendek, kekcil, berbentuk jorong dan berwarna hijau. Pada Marchantia kapsul spora itu mempunyai dinding yang terdiri atas selapis sel, dengan penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul, dindingnya terdiri atas dua lapis sel. Kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah, dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi oleh berkas dinding arkegonium yang ikut terangkat pada perkembangan sporogonium yaitu pada tangkai sporongium, selain dari tiap kapsul juga diselubungi suatu selaput tipis yang berasal dari tangkai arkegonium, kapsul spora Marchantiales dapat menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika jatuh di tempat yang cocok akan berkecambah menjadi protoneme yang mengandung klorofil, dan selanjutnya berkembang membentuk thallus.
Manfaat Marchantiales yaitu:
ü  Marchantia polymorpha dapat digunakan sebagai obat penyakit hepar (hati). Oleh sebab itu di namakan lumut hati.
ü  Sebagai indikator daerah yang lembab.









BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada beberapa spesies yang ditemukan ketika melaksanakan penelitian di Cangar, dapat disimpulkan bahwa:
1.      Hericium eranecius, merupakan salah satu spesies jamur yang berbentuk seperti surai singa atau duri landak. Warnanya putih kotor dan melekat pada batang pohon. Reproduksi secara aseksual dengan menghasilkan spora berkecambah. Sedangkan secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi. Jamur ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan yang cukup lezat.
2.      Laetiporus sulphureus, tubuh didominasi oleh warna orange-kekuningan yang bergaris-garis putih, bentuknya hampir mirip dengan jamur kayu, tubuhnya berlakuk-lekuk, dan tekstur tubuhnya kaku. Jamur ini menempel pada batang pohon yang cukup besar. Reproduksi secara aseksual dengan menghasilkan spora berkecambah. Sedangkan secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi. Jamur ini dapat menyebabkan halusinasi.
3.      Marchantia sp. bentuk tubuh cukup rumit. Berhabitat di tempat-tempat yang lembab, dingin dan teduh. Reproduksi secara seksual dan aseksual. Dapat dimanfaatkan sebagai obat penyakit hepar (hati) dan indikator daerah yang lebab.
4.      Crustose, tubuhnya menempel secara sempurna pada substrat. Beberapa lichen mampu bertahan di udara yang sangat dingin. Lumut kerak tertentu dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna yang menarik. Fungi pada banyak lichenes bereproduksi secara seksual dengan cara membentuk askokarpus dan basidiokarpus. Alga lichenes bereproduksi secara independent dari fungi melalui pembelahan sel secara aseksual.
5.      Crepidotus autochthonus, memiliki tubuh buah yang pleurotid, tidak bertangkai, dengan daging buah yang umumnya sangat tipis. Cetakan spora berwarna cokelat suram. Jamur ini tumbuh pada kayu atau batang tumbuhan yang telah lapuk dan membusuk. Reproduksi secara aseksual dengan menghasilkan spora yang akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa. Sedangkan secara seksual melalui kontak gametangium dan konjugasi.
6.      Mycena sp.  merupakan jamur makro dari divisi Basidiomycota Tudung berbentuk kerucut saat mudanya kemudian cembung sampai mendatar saat tuanya, berwarna coklat muda. Diameter tudung 1-2 cm. Tangkai berwarna putih,berukuran panjang3-5 cm, berwarna lebih cerah dari warna tudung. Jamur ini memendar ketika terkena cahaya. Jamur ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan.
7.      Parmelia sulcata, dapat ditemukan di cabang dan ranting. Memiliki lobus sempit antara 1-3 mm. Talus lumut ini memiliki garis putih pada permukaan atas talus yang berwarna abu-abu. Reproduksi aseksual terjadi pada medulla melalui soredium.
8.      Xylaria hypoxylon, talus berbentuk silindris panjang dan pada ujungnya berbentuk tanduk. Berwarna putih kehitaman. Menghasilkan spora aseksual dengan menghasilkan konidia. Rreproduksi seksual terjadi setelah jamur matang. Mengandung karbohidrat protein binding, suatu lektin, dengan spesifisitas gula yang unik, dan memiliki potensial efek anti tumor dalam berbagai tumor baris sel.
4.2  Saran
Pengamatan harus dilakukan secara intensif dan menggunakan standar yang telah ada untuk ke falidan identifikasi data.

DAFTAR PUSTAKA

Aslan, Ahmad.1998. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Bogor:Citra Karya
Aththorick, T. A., Siregar, E. S., & Hartati, S. (2007). KEKAYAAN JENIS MAKROEPIFIT DI HUTAN TELAGA TAMAN NASIONAL GUNUNG LEUSER (TNGL) KABUPATEN LANGKAT. Jurnal Biologi Sumatera, 2(1), 12–16.
Campbell, N. A., Reece, J. A., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., et al. (2012). BIOLOGI Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Aslan, Ahmad.1998. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Bogor:Citra Karya
Birsyam, Inge .1992. Botani Tumbuhan Rendah. Bandung: Biologi FMIPA ITB
Campbell, A. Neil.1999. Biologi. Jakarta: Erlangga
Campbell, Neil A.2003.Biologi Jilid 2 Edisi Kelima.Jakarta:Erlangga
Edawua,Nathania E.E.2009.Keanekaragaman Bryophyta di Pemandian Air Panas Taman Hutan Raya R.Soeryo Cangar JawaTimur.Diakses tanggal 25 November 2012 pukul 22.16 WIB Fryday, Alan M.1996. A New Crustose Stereocaulon From The Mountains Of Scotland And  Wales.Journal Of  Lichenolgist.Vol.28,No.6,Hal.513-519
Gunawan,A.W.2000.Usaha Pembibitan Jamur.Jakarta:Penerbit Swadaya
Hendritomo, Henky Isnawan.2005. Jamur Konsumsi Berkhasiat Obat. Yogyakarta: Kasinus
Hidayat, B Estiati. 1995.Taksonomi Tumbuhan (Cryptogamae). Bandung: ITB Press
Iqbal, Ali.2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga
Kimball, J.W.1999. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta:Erlangga
Pearce, Evelyn C. 1985. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga
Pelczar,Jr.Michael J.2008.Dasar-Dasar Mikrobiologi.Jakarta: UI Press
Pollunin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press
Riyanto,Teguh.2012.http://www.scribd.com/doc/48537104/Konservasi-Keanekaragaman-Jamur- Edibel-Di-Taman-Nasional-Gunung-Rinjani//.Diakses pada tanggal 09 Desember 2012 pukul 09.59 WIB
Tjitrosoepomo,Gembong.2009.Taksonomi Tumbuhan.Yogyakarta:UGM Press
Yunas blogspot.2010 diakses pada hari kamis tanggal 22 November 2012 pukul 19.15 WIB
http://en.wikipedia.org/wiki/Mycena/.Diakses pada tanggal 09 Desember 2012 pukul 07.15 WIB
Sastrahidayat, I. R. (2010). MIKOLOGI Ilmu Jamur. Malang: UB Press.
Suhono, B. (2012). ENSIKLOPEDIA BIOLOGI DUNIA TUMBUHAN RUNJUNG DAN JAMUR. Jakarta: Lentera Abadi.
Tjitrosoepomo, G. (2009). TAKSONOMI TUMBUHAN Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta. Yogyakarta: UGM Press.
Yuliasari, N., Miksusanti, & Setiyowati, E. (2011). Penurunan Kebutuhan Oksigen Kimiawi Limbah Jumputan Menggunakan Lumut Hati. Jurnal Penelitian Sains Volume, 14(C), 29–32.







LAMPIRAN GAMBAR
   
Cladonia squamosal (scop.) Hoffm           foto bersama sebelum pengamatan

 
Proses pengamatan                                                   Hericium eranecius
  
Laetiporus sulphureus                                        Crepidotus autochthonus


    
Mycena sp.                                         Xylaria hypoxylon
      
parmelia caperata                                        Usnea barbata
Marchantia sp.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar